Oleh: Sauqi Futaqi*
Dalam perjalanan bangsa akhir-akhir ini, kekayaan dan kekuasaan lebih mendominasi dibanding aspek lainnya. Ilmu pengetahuan yang setidaknya direpresentasikan dalam pendidikan kurang mendapat ruang yang besar, sehingga pengaruhnya juga kurang begitu besar. Para cendekiawan dan kelompok intelektual mendapat porsi yang cukup kecil dibandingkan orang kaya dan penguasa.
Kekayaan dan kekuasaan seringkali memiliki kecenderungan yang saling terkait. Kekayaan bisa merebut kekuasaan dan kekuasaan bisa mendongkrak kekayaan. Orang kaya bisa menggunakan uangnya sebagai alat politik untuk merebut kekuasaan. Dengan kekayaannya, ia mampu menghimpun massa dalam jumlah besar dengan seperangkat iming-iming hadiah yang menggiurkan. Dengan kekuatan finansialnya, ia bisa menghimpun kekuatan politik dengan cara membeli orang-orang yang piawai dalam strategi politik. Bahkan, kelompok yang memiliki kekuatan massa cukup besar bisa dikendalikan dengan mudah oleh kekayaan yang dimilikinya.
Sedangkan, kekuasaan juga bisa mendongkrak kekayaan. Orang yang menduduki kursi kekuasaan dengan sangat cepat melejitkan kekayaannya. Dengan kekuasaannya, sumber-sumber kekayaan dengan mudah dikendalikan dan jaringan yang menghubungan sumber ekonomi bisa didapat dengan cukup gampang. Karena kekuatan kekuasaan, segala sesuatunya bisa dilakukan dengan memanfaatkan otoritas dan kewenangannya. Kekuatan ini dijadikan energi untuk meningkatkan kekayaan dalam waktu dekat.
Dalam konteks bernegara saat ini, kedua kelompok ini memiliki pengaruh cukup besar dalam semua bidang. Orang kaya memiliki kekuatan modal untuk mengendalikan perekonomian. Bahkan, para elite bisa dengan mudah diajak melakukan deal-deal politik yang tidak sehat untuk melancarkan kegiatan bisnisnya. Dengan kekuatan modalnya, ia bisa menyelamatkan sekaligus menghancurkan perekonomian negara. Sedangkan penguasa memiliki otoritas dalam mengurusi berbagai lini yang menjadi wewenangnya. Ia menjadi kunci bagi berbagai interaksi dan perjanjian dalam tata hubungan antar negara. Dengan kekuatan kekuasaannya, ia cukup berpengaruh dalam menentukan kebijakan yang diambil. Wewenangnya dalam menjalin hubungan politik dan ekonomi memberikan pengaruh yang nyata dalam kehidupan bernegara.
Dengan besarnya pengaruh oleh kedua kelompok ini di negeri ini, kita juga menaruh harapan akan adanya hubungan yang sinergis dengan berbagai lini. Semua sektor juga perlu diberi ruang untuk memberikan kontribusi bagi kemajuan sebuah bangsa. Misalkan saja, sektor pendidikan yang menjadi institusi bagi kemajuan bidang ilmu pengetahuan harus menjadi kekuatan yang besar dalam memacu kemajuan. Barangkali rendahnya kemajuan ilmu pengetahuan di negara kita disebabkan oleh sempitnya kesempatan untuk bergerak. Selama ini, orang kaya (pemilik modal, pengusaha) dan pengendali kekuasaan lah yang mendominasi.
Padahal, jika kita tengok sejarah peradaban bangsa-bangsa, ilmu pengetahuan lah yang melahirkan peradaban yang maju. Melimpahnya sumber daya alam akan tidak berarti apa-apa jika tidak didukung oleh ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan ini lah yang memproduksi bahan mentah menjadi barang berguna. Semangat ilmu pengetahuan yang selalu dihidupkan melalui penyeledikikan secara konsisten, akan menghasilkan kemajuan yang membanggakan. Negara-negara maju yang sekarang menikmati kejayaan tidak lain karena besarnya kontribusi ilmu pengetahuan. Jepang, Cina, Amerika, dan negara-negara Eropa bisa meraih kemajuan berkat perhatiannya yang cukup besar terhadap ilmu pengetahuan. Begitu juga abad kebangkitan umat Islam tidak lain dimotori kemajuan ilmu pengetahuan.
Panglima Ilmu pengetahuan
Kalau konteks negara saat ini cenderung memposisikan orang kaya dan penguasa (atau kekuatan politik) sebagai kekuatan utama, maka ilmu pengetahuan sudah saatnya dijadikan panglima. Kalaupun orang kaya dan penguasa dibutuhkan, maka keberadaannya harus bisa membangkitkan spirit ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan harus diletakkan di garis terdepan jika negeri ingin keluar dari keterpurukan.
Ketertinggalan dalam ilmu pengetahuan akan mempengaruhi segala aspek kekuataan yang lainnya, karena dari sini lah sebenarnya sumber peradaban yang tinggi. Kalau kita saat ini masih disibukkan urusan deal-deal politik antar elite politik dan pengusaha dan konflik perebutan kekuasaan, maka cukup sulit bagi kita untuk mengejar ketertinggalan. Kita masih suka bertengkar dibalik baju demokrasi dan mudah terjebak dalam persoalan konflik. Jika bangsa ini ingin segera berlari kencang, maka ilmu pengetahuan harus menjadi panglima dalam membentuk peradaban